Rabu, 15 Februari 2012

Sampah Kertas Untuk Pendidikan Indonesia


Oleh M. Ridwan arifin
(Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga)

Masalah pemerataan pendidikan dan timbunan sampah, dua permasalahan yang hingga kini masih menjadi agenda penting untuk di atasi dalam upaya pembangunan di Indonesia.Dilihat dari pencapaian indikator pendidikan, pada tahun 2006 jumlah Anak Putus Sekolah mencapai sekitar 9,7 juta dan naik pada Tahun 2007 menjadi sekitar 20% atau 11,7 juta jiwa (SMP 48%, SD 23%, SMA 29%). (Indah, 2010)
“Delapan puluh persen menyatakan karena kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk beli pakaian seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan mereka harus bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah,” tutur Wamendiknas di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Rabu (21/12). (republika.co.id, 2010)
Pemerataan pendidikan dilihat sebagai hal yang krusial untuk dilaksanakan bagi negara berkembang khususnya Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan pembangunan suatu negara sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan manusia yang terwujud dalam bentuk pendidikan di negara tersebut. Rendahnya tingkat pemerataan pendidikan di suatu negara mengindikasikan rendahpula tingkat pembangunan di negara tersebut.Di Indonesia, capaian alokasi 20 persen APBD untuk pendidikan belum menunjukkan hasil yang dapat dibanggakan.Korupsi, biaya penyelenggaraan pendidikan mahal, dan cakupan subsidi pendidikan yang rendah merupakan sederet alasan mengapa pemerataan pendidikan di Indonesia masih sulit dicapai.Rendahnya cakupan sasaran pendidikan tersebut dapat dilihat dari tingginya angka putus sekolah di kalangan anak, dan lebih parah lagi fenomena ini pun terjadi di wilayah urban. Jika di wilayah urban saja yang seharusnya memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) lebih tinggi masih memiliki cakupan pendidikan belum sesuai harapan, lalu bagaimana dengan masyarakat daerah rural?
Permasalahan di atas memerlukan penanganan terintegrasi dari semua komponen meliputi masyarakat dan pemerintah.Telah banyak upaya yang selama ini dilakukan oleh LSM, pemerintah, dan CSR perusahaan yang berkolaborasi dalam mengatasi masalah tersebut namun kurang berjalan optimal.Kesadaran dan bartisipasi masyarakat yang masih rendah menjadi unsur penghambat di masyarakat sebagai sasaran program. Selama ini masyarakat hanya terkesan sebagai obyek yang tidak tahu bagaimana mengelola keberlajutan program, sehingga ketergantungan masyarakat terhadap peran pemerintah masih sangat tinggi.
Hal diatas mendorong adanya suatu upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dalam hal pemerataan pendidikan melalui upaya pemberdayaan masyarakat.Dalam konsep ini masyarakatdijadikan sebagai subjek sasaran sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam menentukan nasibnya sendiri. Salah satu potensi pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan dalam bidang ekonomi. Opsi ini dipilih karena permasalahan ekonomi merupakan permasalahan dasar dari rendahnya jangkauan pendidikan di masyarakat.
Daur ulang sampah akhir-akhir ini merupakan suatu usaha yang banyak dilirik oleh masyarakat. Pasalnya, selain murah, bahan dasar dari usaha ini juga mudah didapat.Dalam hal ini sampah kertas kini menjadi komoditas yang dapat diunggulkan dalam usaha daur ulang. Berikut adalah estimasi data timbulan sampah di Indonesia :
Tabel 1. Estimasi Total Timbulan Sampah Seluruh Indonesia
Sumber : Statistik Persampahan Domestik Indonesia Tahun 2008
Dari total timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia, jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah jenis sampah kertas, sebagaimana data berikut:
Tabel 2. Komposisi Sampah Domestik di Indonesia






Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Sebagai barang yang nilai fungsionalnya begitu tinggi, sampah kertas kini tidak hanya dihasilkan oleh perkantoran, institusi pendidikan maupun badan usaha lain yang sering banyak membutuhkan kertas, namun sampah kertas juga banyak dihasilkan dari pemukiman masyarakat sebagai contoh kertas koran dan majalah sebagaimana data berikut :

Tabel 3. Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% berat basah)
Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Potensi tersebut merupakan peluang yang bagus untuk digunakan sebagai sumber daya dari pemberdayaan ekonomi di masyarakat.Metode yang dapat digunakan adalah pembuatan organisasi di masyarakat yang secara mandiri mampu mengubah sampah menjadi barang bermanfaat yang memiliki nilai ekonomis tinggi.Konsep yang diberi nama Paper Trash Bank ini merupakan suatu organisasi sosial yang dikelola oleh organisasi mahasiswa atau LSM dengan beranggotakan anak dan remaja usia sekolah yang mengalami hambatan finansial dalam melanjutkan pendidikan. Organisasi ini bergerak dalam bidang penyelamatan generasi bangsa yang putus sekolah karena hambatan finansial. Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan tujuan ini adalah penggalangan dana dari masyarakat untuk pembiayaan pendidikan anggota. Namun dalam penggalangan dana yang dilakukan tidak dengan cara meminta dana segar dari para donatur. Organisasi ini bekerja untuk mengelola sampah kertas yang ada di masyarakat untuk selanjutnya dikumpulkan dan di daur ulang. Hasil dari usaha daur ulang inilah yang akan digunakan sebagai dana untuk pembiayaan sekolah anggota.
Konsep ini merupakan suatu gagasan yang diperoleh dari hasil analisis terhadap tingginya timbulan sampah kertas di masyarakat Indonesia. Timbulan sampah kertas yang paling menonjol terjadi pada sampah koran di masyarakat dan sampah bekas keperluan administrasi di perkantoran swasta dan instansi pendidikan. Meski pada beberapa situasi telah dimanfaatkan, namun masih banyak anggota masyarakat yang tidak peduli terhadap pengelolaan sampah jenis ini. Sebagai dampaknya, sampah kertas hanya dibuang begitu saja tanpa pengelolaan lebih lanjut atau bahkan dibakar. Padahal jika dilihat dari potensinya sampah jenis masih dapat dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna atau di daur ulang menjadi kertas siap pakai meski dengan kualitas yang lebih rendah dari asalnya. Organisasi ini selanjutnya akan berjalan dengan adanya donasi sampah kertas baik yang berasal dari masyarakat maupun perusahaan dan institusi lain yang mau bekerjasama.
Donasi sampah kertas akan diambil oleh anggota setiap minggu. Sasaran utama donatur dari masyarakat ini khususnya berasal dari warga yang tinggal di perumahan atau setiap warga yang setiap hari berlangganan koran. Bagi perusahaan besar, donasi sampah kertas akan diminta untuk diantarkan ke tempat Paper Trash Bank sebagai bentuk CSR mereka. Melalui program Paper Trash Bank anggota akan mendapatkan bantuan berupa perlengkapan sekolah dan bantuan pembiayaan lain yang dibutuhkan selain yang telah diberikan pemerintah melalui BOS (biaya operasional sekolah). Untuk menunjang keberlanjutan program, organisasi ini akan dimotori oleh organisasi mahasiswa layaknya BEM maupun LSM. Adanya partisipasi dari unsur mahasiswa maupun LSM akan membantu dalam manajemen organisasi dan jaringan kerjasama.
Untuk awal pembentukan organisasi, ranah kerja akan lebih difokuskan pada pengumpulan kertas yang akan dijual kepada distributor maupun perusahaan daur ulang kertas. Seiring berjalannya waktu dan stabilitas organisasi dapat terjaga, ranah kerja akan diarahkan pada proses daur ulang secara mandiri oleh anggota dengan adanya pelatihan keterampilan bagi anggota. Oleh karena itu selain dapat menunjang keberlanjutan pendidikan para anggota, organisasi ini dibangun untuk memberikan keterampilan tambahan bagi para anggota khususnya dalam bidang kewirausahaan.
            Melihat dari potensi sumber daya yang dibutuhkan, program ini akan lebih implementatif jika dilaksanakan di area perkotaan mengingat konsumsi koran harian dan jumlah perusahaan besar tinggi di di wilayah ini. Namun hal ini tidak berarti manfaat dari program ini hanya dapat dirasakan oleh masyarakat di wilayah perkotaan. Adanya surplus pembiayaan dari implementasi program di perkotaan dapat digunakan untuk memperluas wilayah jangkauan penerima manfaat dari program ini melalui kerjasama dengan pihak terkait. Hal ini berarti meski kegiatan terkonsentrasi di urban area namun manfaat program dapat dirasakan hingga di rural area. Berikut adalah salah satu gambaran timbulan sampah di urban area :
Tabel 4. Timbulan Sampah Kota Jakarta
Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Berikut adalah analisis ekonomi dari pendirian organisasi Paper Trash Bank :
1.      Asumsi daerah implemenasi berada di jakarta dengan total timbulan sampah mencapai 6000 ton/hari (tabel 1).
2.      Asumsi jumlah timbulan sampah kertas adalah 32,98 % dari total berat timbulan sampah (tabel 3).
3.      Dari kedua data diatas dapat dihitung timbulan sampah kertas di wilayah Jakarta setiap hari adalah :
Jumlah sampah kertas = 32,98 % x 6000 ton = 1978,8 ton/perhari = 1.978.800 kg/hari.
4.      Jika sampah tersebut hanya dikumpulkan dan dijual ke pengepul dengan harga sampah kertas saat ini ( 700-1000,-/kg), maka uang hasil penjualan yang akan didapatkan adalah :
Uang yang dihasilkan = 1.978.800 x (700-1000) = 1.385.160.000 – 1.978.800.000,-
Uang yang didapatkan berkisar antara Rp. 1.385.160.000/hari hingga Rp. 1.978.800.000/hari.
5.      Dari data perhitungan nomor 4 dengan asumsi jumlah hari aktif di Indonesia adalah 300 hari/tahun, maka jumlah pendapatan yang bisa dihasilkan selama satu tahun adalah :
Jumlah pendapatan selama 1 tahun : 300 x (1.385.160.000 – 1.978.800.000,-) = Rp. 415.548.000.000 – Rp. 593.640.000.000
6.      Dengan data perhitungan nomor 5, jika diasumsikan kebutuhan pembiayaan pendidikan setiap anak pertahun adalah Rp 3.000.000 maka jumlah anak putus sekolah yang berada di Jakarta dan dapat diselamatkan melalui program ini adalah :
Jumlah anak terselamatkan =
= 138.516 – 197.880 anak/ tahun
Dari analisis ekonomi tersebut dapat diketahui bahwa hanya dengan kemauan mengumpulkan dan mendonasikan sampah kertasnya warga jakarta akan mampu menyelamatkan 138.516 sampai 197.880 nasib anak bangsa yang mengalami putus sekolah karena masalah ekonomi. Analisis diatas hanya merupakan suatu kajian terhadap satu kota, apabila hal ini dijadikan sebagai aksi nasional maka besar kemungkinan semua anak putus sekolah di Indonesia karena hambatan finansial dapat diselamatkan hanya dengan mengelola sampah kertas.

Nanopangan, Sebuah Ilusi Nyata Pangan Masa Depan Indonesia

Oleh Rusdah
(Mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, FTP, Universitas Brawijaya)


MDG’s seakan menjadi sebuah tongkat sihir bagi negara-negara berkembang untuk memacu gerak dalam memenuhi target-target yang ada didalamnya. Negara yang dulunya tidak terlalu awas terhadap isu isu sentral dunia, mendadak berbenah dengan cepat dan bersemangat untuk bersama memperbaiki keadaan negara masing-masing. MDG’s mengangkat beragam isu dan diantara yang cukup penting adalah poin pertama yang menyebutkan penanganan segera kemiskinan dan kelaparan.
            Fenomena kemiskinan, kelaparan, dan gizi buruk yang tampil secara masif dalam beberapa tahun terakhir kembali menegaskan akutnya insekuritas pangan di tingkat rumah tangga masing-masing negara. Fenomena ini diyakini akan bertambah buruk di tahun-tahun mendatang akibat terjadinya kelangkaan dan melonjaknya harga pangan. Keadaan ini didukung oleh penurunan produksi pangan akibat ketidakseimbangan antara permintaan pangan dunia dengan semakin berkurangnya jumlah lahan produksi pertanian.
Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang rawan pangan (miskin) sebesar 39,5 juta orang atau 16,58% dari total penduduk menurut data BPS, lebih kecil dibanding data yang dikeluarkan Bank Dunia yang menyebutkan angka 109 juta orang atau sekitar 49,5% dari total penduduk. Diperkirakan hampir setengah dari angka tersebut mengalami rawan pangan kritis. Permasalahan krisis pangan dimasa mendatang terutama terfokus pada menipisnya produksi pertanian akibat lahan yang semakin sempit disertai juga perubahan iklim yang tidak lagi teratur. PBB menyebutkan kekacauan pangan dimasa datang ini sebagai silent Tsunami, karena seperti diungkapkan Presiden Bank Dunia, Robert B. Zoellick, jika negara tidak mampu mengatasi permasalahan pangan ini secara tepat dipastikan akan ada lebih dari 100 juta orang jatuh kedalam kelaparan.
            Peran teknologi tidak bisa dialihkan dititik ini. Negara dan semua elemen pendukungnya harus mulai memikirkan teknologi tepat untuk menanggulangi krisis yang akan terjadi dimasa depan ini. Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin meningkat menimbulkan konsekuensi keutuhan lahan perumahan dan industri yang juga meningkat, hal ini berpotensi besar menggusur posisi lahan pertanian dunia. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah teknologi rekayasa yang dapat menyesuaikan diri dengan wajah dunia puluhan tahun atau ratusan tahun mendatang. Teknologi pengadaan pangan alternatif mutlak perlu dipikirkan dan diteliti mulai saat ini agar kita tidak terjebak dalam arus krisis pangan nantinya.
Salah satu teknologi dunia yang kini sedang  berkembang dengan cepat adalah aplikasi teknologi nano yang mulai diteliti untuk dapat dikembangkan disegala bidang, tak terkecuali pangan. Nanoteknologi adalah sebuah temuan terbaru yang akan ‘memecah’ sementara hukum materi yang ada sekarang ini. Bahwa teknologi nano bisa memecah sebuah partikel menjadi ukurang terkecilnya yakni nano meter hingga mengubah secara signifikan sifat dan karakteristik bahan tersebut, menjadi sesuatu yang tidak terbantahkan. Teknologi nano membuka mata dunia bahwa semua partikel yang ada dimuka bumi ini ternyata bisa kita otak-atik untuk diatur komposisi partikelnya menjadi bentuk dan karakter fisik zat seperti yang kita inginkan.
            Bidang pangan juga menjadi salah satu materi yang bisa disentuh dengan teknologi nano ini. Perkembangan nano untuk pangan bisa dikembangkan ke arah yang lebih komprehensif, menciptakan sebuah ‘pangan cerdas’ yang mengandung semua komponen nutrisi yang dibutuhkan manusia Indonesia. Dalam hal ini bisa jadi teknologi nano akan dapat mengubah sepiring nasi hanya menjadi sebesar kotak coklat berukuran 15x15 cm namun dengan komponen nutrisi kompleks yang luar biasa. Pangan nano berpotensi dikembangkan khususnya untuk pangan darurat pada kasus bencana alam dan juga pengatasan krisis pangan berkelanjutan yang selama ini seringkali terhambat oleh jumlah dan alur distribusi yang rumit dan sulit.
Nano Teknologi
Dunia dalam 100 tahun mendatang diprediksi akan dipenuhi oleh produk teknologi nano. Keunggulan nano partikel telah dibuktikan saat ini dengan keberadaan besi berukuran nano yang mempunyai kelenturan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari lembaran besi dengan ukuran partikel makro. Nanoscience memungkinkan pada manusia untuk merekayasa sendiri komponen materi yang diinginkannya hingga merangkai sebuah materi baru dari komponen yang telah ada di alam. Nanoscience merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan materi yang berukuran 0,1 nm sampai 100 nm. Sedangkan nano teknologi merupakan teknologi yang berusaha mengembangkan dan memanfaatkan semua yang sudah dipelajari dalam nano science.
Para ahli kimia mempelajari bagaimana membuat molekul-molekul baru, dengan hanya memutuskan ikatan antara molekul yang satu dengan yang lain dan membentuk ikatan baru untuk membentuk molekul baru. Proses inilah yang disebut reaksi kimia. Karena elektron bertanggung jawab pada terbentuknya ikatan, dan reaksi kimia hanya merupakan proses pemutusan dan penyambungan ikatan, maka elektronlah yang menentukan sifat kimia suatu atom atau molekul. Keberadaan elektron (energi ikatnya) dipakai untuk menentukan jenis ikatan dalam molekul dan sekaligus mengenal jenis senyawa kimia tertentu, karena keberadaan (energi ikat) elektron sebuah atom tergantung pada dengan atom apa dia berikatan.
Nanoteknologi berkecimpung mulai dari penggabungan atom atau ion menjadi molekul untuk membentuk struktur dalam orde nanometer yang berguna untuk menghasilkan barang-barang dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja nanoteknologi melakukan juga proses-proses seperti reaksi kimia untuk membentuk zat cair atau padat seperti keramik, polimer, dan logam yang diatur (dimanipulasi) sedemikian rupa sehingga menghasilkan sifat-sifat kimia atau fisika yang baru. Sebagai contohnya, nanoteknologi mengkombinasikan semua zat padat seperi keramik, logam dan polimer untuk membentuk material baru yang tidak ada di alam. Material baru ini menjadi material campuran dua atau tiga bahan dan dinamakan komposit. Bila struktur dari bahan-bahan campuran tadi dalam orde nanometer terbentuklah nano komposit.

Nanopangan, Solusi Pangan Masa Depan Indonesia
            Penerapan teknologi nano dalam menciptakan pangan cerdas bisa sangat mungkin dilakukan. Penguasaan teknologi ini nantinya bahkan akan sangat menguntungkan karena kita tidak perlu lagi hanya bergantung pada sumber nutrisi utama yang biasanya ada pada tanaman pangan pokok seperti beras, jagung dan lain sebagainya. Teknologi nano memungkinkan kita menggunakan rumput alang alang untuk diolah menjadi sumber protein baru yang disintesis menggunakan nano partikel dan digabung dengan komponen lain. Kita juga bisa menggunakan limbah pertanian untuk menghasilkan karbohidrat kompleks dengan mengambil materi gula sederhana yang ada pada limbah pertanian untuk kemudian ditata ulang menjadi sebuah kompleks karbohidrat baru.
            Kecerdasan teknologi ini disebabkan karena permainan materi. Teknologi nano mengajarkan  atom-atom yang terdapat dalam grafit sama persis dengan atom-atom sejenis yang terdapat dalam berlian (diamond) yang indah. Perbedaan hanya disebabkan oleh susunan strukturnya saja. Atom-atom dalam partikel pasir sangat mirip dengan atom-atom dalam chip komputer yang canggih. Bahkan atom-atom penyusun air, udara, dan partikel debu sebenarnya sama dengan atom-atom dalam sebuah kentang. Sedikit saja susunan struktur atomnya diubah, karakteristik suatu benda bisa berubah drastis. Inilah konsep utama dalam nanoteknologi.
            Indonesia bisa menggunakan konsep nano ini untuk mengatasi krisis pangan yang amat mungkin terjadi dalam 100 tahun mendatang. Karena diperkirakan, selain jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan signifikan, lahan pertanian juga akan mengalami penurunan drastis. Indonesia dituntut menggunakan teknologinya dalam mengatasi permasalahan pangan ini, karena jika tidak maka Indonesia bisa menjadi ‘Afrikanya Asia’, dimana kelaparan akibat krisis pangan terjadi dimana mana.
            Ketika dunia dan negara-negara agraris seperti Indonesia tidak mampu lagi mempertahankan jumlah lahan pertaniannya, karena diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk pada tahun tahun mendatang, konsep nano pangan ini menjadi relevan untuk diterapkan. Indonesia bisa menjadi salah satu pioneer dalam pengadaan nano pangan ini karena sumber daya alamnya yang melimpah. Sintesis komponen bahan pangan dapat dilakukan tidak hanya dari tanaman pangan namun juga segala jenis tanaman tumbuh yang tentunya dipilih sesuai komponen yang ingin disusun. Bisa jadi, kelak manusia Indonesia tidak lagi terpaku pada makanan pakem seperti beras, tahu tempe, singkong, kedelai dan sebagainya sebagai makanan pokok, karena ketika kita benar-benar menghadapi perubahan wajah dunia dengan penduduk dan iklimnya yang berubah total, kita akan sulit menemukan tanaman pangan yang bisa diproduksi secara massal. Kita akan terbiasa makan makanan sintesis nano yang lebih praktis yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh secara menyeluruh. Pada waktu itu, Indonesia mungkin menjalani sebuah tahap baru : Revolusi Pangan.

PENANAMAN JIWA NASIONALISME DAN KEPAHLAWANAN MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS SEJARAH KEARIFAN BUDAYA LOKAL “Pil kuat untuk pemuda generasi penerus bangsa dalam memperkokoh dan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia”



Oleh Kiswanto
(Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang)


“Beri aku 1000 orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan gunung semeru. Beri aku 10 pemuda yang membara cintanya kepada tanah air(berkarakter), dan aku akan mengguncang dunia”(Soekarno)

Kutipan diatas merupakan sebuah kalimat yang menurut saya sangat sederhana tetapi memiliki arti yang sangat mendalam, sebuah ekspresi dari bapak bangsa  yang sangat luar biasa tentang peranan seorang pemuda. Dalam kalimat tersebut jelas bahwa seorang soekarno pun mempunyai gambaran yang begitu kuat tentang peran seorang pemuda dalam hal pembangunan bangsa, pemuda merupakan pioner dari masa depan suatu bangsa supaya tetap berdiri. Keberlangsungan dan eksistensi dari suatu bangsa bergantung pada kuat atau tidaknya pemuda yang akan menjadi pilar dan menjadi tulang punggung suatu negara. Apabila sebuah negara generasinya rusak, maka dapat diramalkan kapan negara tersebut akan segera runtuh.
”Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau dan mampu menghargai sejarah perjuangan para pendahulunya”. Dalam konteks ini, sudahkan kita sebagai bangsa yang besar? Benarkah kita sebagai bangsa sudah sangat perhatian dan menghargai para pahlawan pejuang bangsa yang telah  mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan tanah air, masyarakat dan Negara Indonesia?  Dengan pertanyaan-pertanyaan ini kitapun menjadi ragu dan termangu, apakah kita sudah termasuk bangsa yang menghargai sejarah perjuangan para pahlawan kita sendiri, mengingat di antara kita banyak yang tidak memahami sejarah perjuangan bangsa.
Nasionalisme merupakan suatu konsep penting yang harus tetap dipertahankan untuk menjaga agar suatu bangsa tetap berdiri dengan kokoh dalam kerangka sejarah pendahulunya, dengan semangat nasionalisme yang tinggi maka eksistensi suatu negara akan selalu terjaga dari segala ancaman, baik ancaman secara internal maupun eksetrnal. Salah satu upaya terbaik yang harus ditempuh untuk menanamkan jiwa nasionalisme tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai sejarah melalui pembelajaran sejarah disekolah. Namun, yang menjadi ironi saat ini adalah mata pelajaran sejarah di sekolah menjadi mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa dikarenakan oleh metode pembelajaran yang kurang variatif dan masih minimnya sumber dan media pembelajaran (Sardiman,AM: 2005), hal inilah yang menjadi bahan pertimbangan oleh kita semua untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pembelajaran sejarah akan lebih bernilai dan tepat sasaran bila dikemas dalam kegiatan yang unik dan menarik. Sejarah akan menggugah setiap jiwa jika dalam penyampaiannya dapat membawa seseorang terbawa oleh alur cerita yang mengalir, dan akhirnya membawa orang tersebut seakan-akan hidup pada dunia yang belum pernah dia alami sebelumnya.
Generasi muda adalah salah satu aset Indonesia pada masa mendatang. Bangsa ini harus mampu menempatkan remaja-remajanya saat ini menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa mendatang. Tentu saja harus ada upaya-upaya untuk menanamkan sebuah ciri khas budaya bangsa ini untuk membedakannya dengan orang dari negeri lain. Selain itu adanya budaya lokal yang melekat pada diri pemuda-pemuda Indonesia akan mampu memperkuat jati  diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia yang kaya budaya tidak memiliki kepercayaan diri terhadap kebudayaan lokalnya, bahkan memilih melebur dengan budaya global. Hal ini menyebabkan Indonesia makin kehilangan jati dirinya sehingga hanya menjadi kumpulan orang-orang yang tak lagi memiliki akar kebudayaan lokal. Padahal Indonesia memiliki kearifan lokal dan nilai-nilai khas yang dapat dijadikan dasar pijakan untuk hidup bernegara. Indonesia dengan kebhinekaan dan kebesaran nusantaranya kini kesulitan menghadapi gejolak-gejolak yang terjadi di masyarakat. Indonesia ibarat tidak memiliki landasan nilai-nilai kearifan lokal untuk menyelesaikan berbagai problema. Indikator yang dapat terlihat dari uraian tersebut adalah pemuda sekarang ini seakan-akan terombang-ambing oleh arus globalisasi dan cenderung melupakan nilai luhur kebudayaan bangsa.

Berangkat dari latar belakang tersebut penulis berusaha untk memberikan sebuah solusi dalam rangka memperbaiki dan mempertahankan bangsa ini, karena 100 tahun yang akan datang pasti akan banyak sekali tantangan-tantangan yang akan bangsa indonesia hadapi. Untuk menghadapi itu semua, pemuda yang menjadi ujung tombak dari estafet perjuangan bangsa ini harus memiliki tameng yang kokoh, salah satunya adalah jiwa dan semangat nasionalisme yang tinggi,.

Kebudayaan Indonesia yang plurar, cara hidup yang beragam, dan latar belakang budaya yang berbeda-beda merupakan salah satu unsur yang dapat dijadikan indikator bahwa negeri ini sangat kaya akan nilai budayanya. Faktor ini telah menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk tetap bersatu dan melawan berbagai jenis penindasan. Atas dasar inilah penulis mencoba untuk mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia untuk menanamkan jiwa nasionalisme yang kuat.

NASIONALISME SAAT INI
Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini ternyata belum seperti yang dicita-citakan. Peristiwa politik tahun 1998 yang telah mengakhiri kekuasaan Orde Baru dengan berbagai euforianya ternyata menyisakan luka mendalam di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berbagai bentuk pelanggaran masih terus terjadi. Tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM, perilaku amoral dan runtuhnya budi pekerti luhur, anarkisme dan ketidaksabaran, ketidakjujuran, rentannya kemandirian dan jati diri bangsa, terus menghiasai kehidupan bangsa kita. Semangat kebangsaan, jiwa kepahlawanan, rela berkorban, saling bergotong royong  di kalangan masyarakat kita mulai menurun. Kita seperti telah kehilangan karakter yang selama beratus-ratus tahun bahkan berabad-abad kita bangun. Salah satu fakta menarik yang menjadi bukti kuat adalah peristiwa di Aceh dimana bendera  Merah Putih diturunkan orang-orang tidak dikenal, malahan ada yang dibakar sehingga mengundang keprihatinan bagi kita semua(Redaksi Harian Berita Sore: 2007).
Hal tersebut tidak akan terjadi jika pemuda dan masyarakat saat ini tahu tentang sejarah dan mau mencontoh para pendiri negara kita tempo dulu,  ’’the founding fathers’’  termasuk Bung Karno dan Bung Hatta yang memproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia dan diakui bangsa-bangsa di dunia. Hal ironis seperti itu juga tidak akan terjadi jika kita ingat para pejuang Indonesia yang berdarah-darah dan mengorbankan jiwa dan raga merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan Jepang hingga negeri ini berdiri tegak dan kokoh sekarang ini, disinilah fungsi sejarah sebagai penguat jiwa nasionalis muncul ditengah lunturnya paham tersebut saat ini.

PENDIDIKAN SEJARAH BERBASIS KEARIFAN BUDAYA LOKAL

Pada pembahasan ini hal menarik yang akan saya utarakan adalah mengenai bagaimana kita mempelajari kebesaran bangsa indonesia melalui sebuah kegiatan yang menarik dan bermanfaat bagi berbagai pihak, dalam hal ini proses belajar dan  eksplorasi nilai sejarah dikemas dalam kegiatan belajar interaktif berdasarkan latar belakang dan nilai sejarah. Media yang digunakan dalam penanaman benih nasionalisme disini adalah sejarah lokal suatu daerah yang berkaitan dengan nilai perjuangan, kita tahu bahwa indonesia memiliki kekayaan yang sangat luar biasa banyaknya, salah satu diantarannya adalah budaya yang sangat beragam. Maka dari hal ini, selain kita berorientasi pada penemuan fakta sejarah secara mandiri, kearifan budaya lokal juga harus kita ketahui, karena inilah yang akan menjadi nilai lebih dalam penyampaiannya, dengan mengusung nilai sejarah lokal sudah barang tentu mereka akan lebih antusias dalam memperhatikan dan memahami apa yang kita sampaikan.
Metode ini pernah penulis aplikasikan dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dimotori oleh ILP2MI( Ikatan Lembaga Penelitian dan Penalaran Mahasiswa Indonesia) di wilayah suku tengger, tepatnya di desa Ranupani, di daerah tersebut masyarakatnya masih terkesan awam dan tertinggal. Awalnya tim mengalami kesulitan dalam mencari metode yang tepat sebagai media untuk mendekatkan diri kepada warga dan khususnya anak-anak di Ranupani dalam melakukan kegiatan pengabdian masyarakat, tepatnya pada agenda mahasiswa mengajar, akhirnya saya putuskan untuk menggunakan metode yang berhubungan dengan kearifan budaya lokal sebagai bumbu dalam menanamkan jiwa nasionalisme lewat cerita dan film. Disini kita harus sadar bahwa karakter suatu masyarakat atau bangsa sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh perjalanan panjang dari masyarakat tersebut dalam proses pembentukannya, pada permasalahan inilah sejarah mulai bicara.
Bangsa Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, dari timor hingga talaut, dimanapun kita berada, kita memiliki sejarah yang sama, mengalami dan melewati sejarah bangsa indonesia. Oleh karena itu, mempelajari dan memahami sejarah bangsa, bagi kita sangat penting artinya, dengan memahami sejarah bangsa kita akan tahu tentang apa yang dilakukan oleh para leluhur kita dimasa yang lampau, apa kelebihan dan kekurangan kita sebagai bangsa. Memahami sejarah bangsa berarti kita akan faham siapa diri kita. Itulah sedikit kutipan yang disampaikan penulis saat membuka pelajaran di kelas 6.
Selanjutnya, siswa dibawa penulis ke tepian danau didekat SD ranupani untuk membawa mereka lebih berimajinasi tentang apa yang disampaikan penulis. Disinilah kreatifitas seorang pendidik dituntut dalam proses penyampaian, bagaimana mengemas suatu sejarah yang dikaitkan dengan budaya lokal sehingga menjadi suatu pengalaman yang menarik dan sulit dilupakan, dan sejatinya mudah, yaitu dengan cara sedikit mendongeng, bukan menghafalkan seperti pelajaran formal yang sering kita dapat di dalam kelas dengan guru yang kaku dan cenderung statis. Bukankah sejarah yang disampaikan seperti cerita dalam dongeng “kancil binatang yang cerdas” lebih di ingat seorang pemuda sampai dewasa daripada seorang guru yang mengajar dikelas kemudian menyuruh siswanya komat-kamit menghafalkan tanggal peristiwa-peristiwa dalam PD II.
Sekilas tentang sejarah bangsa dalam kaitannya dengan masyarakta tengger Gunung Bromo/Semeru ( senjata ampuh yang penulis gunakan dalam mengajarkan nilai nasionalisme kepada siswa SD Ranupani kelas 6, hal ini sangat tepat karena kasta pendidikan tertinggi disana adalah lulusan SD)
Dilihat dari fakta sejarah dan catatan-catatan atau naskah-naskah baik dari alam negeri maupun dari luar negeri, seperti: prasasti-prasasti, relief-relief di percandian, buku-buku kuno(Pararaton, Negarakertagama, Tantu Pagelaran, Surat kanda, Darma gandhul, Serat-serat panji, juga catatan-catatan kuno dari cina, eropa, dll). Menggambarkan bahwa kita adalah bangsa yang besar, maju, makmur dan cerdas serta berperadaban tinggi sejak berabad-abad yang lampau, bahkan sebelum masehi. Pangan, sandang, dan papan berlimpah, rumah yang megah, jalan yang sudah teratur, tata pedesaan dan perkotaan yang tertib, pemerintahan yang bersih dan berwibawa, sistem pendidikan yang berjenjang( khususnya dalam hal keagamaan), petani yang militan, pedagang yang handal, dsb. Peristiwa tersebut berlangsung selama ratusan tahun, sampai terbentuknya kerajaan mataram 1, Syailendra, sriwijaya, Medang Kamulan, kahuripan, Sima, Daha-Jenggala, Singosari, Majapahit, dan berlangsung sampai hancurnya majapahit. Latar belakang tersebutlah yang membuat bangsa lain iri dan berusaha untuk memiliki. Kemakmuran dan kebesaran kita waktu itu telah diketahui bangsa-bangsa eropa, lewat petualang-petualng ulung antara lain: Marco polo, Giopani de plano Carpini, Willem van reysbroek immago mundi, yang pada abad ke 12 tersesat ke kerajaan singosari. Berita tentang kerajaan surga ini disebarkan keseluruh eropa, yang akhirnya pada abad 14,15, dan 16, pemerintah – pemerintah negara eropa mengirimkan petualang-petualang seperti: Columbus, Vasco da Gama, Magelhaens, Verrazano, Francois Drake, Pero fernandes, James Cook, dll, dengan proyek HINDIAnya berlayar menuju dunia timur. Setibanya diselat malaka mereka baru sadar ternyata negara surga dunia itu merupakan negara yang kuat dan tidak mudah ditaklukkan, bahkan spanyol dan portugis mengatakan: “Dua negara tidak mampu mengalahkan Majapahit”. Maka bergabunglah beberapa negara eropa untuk menggempur majapahit. Majapahit melakukan perlawanan selama 200 tahun, terakhir trunojoyo dan suropati angkat senjata, namun pasukan mereka hampir separuhnya terbunuh, mulia saat itulah bangsa ini terjajah. Dengan cerita seperti ini benih nasionalisme sedikit sudah tertanam dalam diri mereka, indikatornya adalah pada awal pertemuan dimulai saat mereka ditanya mengenai cita-cita, mereka sebagian besar menjawab sebagai petani(karena sebagian besar masyarat bermata pencaharian sebagai petani),namun saat pertemuan kedua pikiran merekan ter-sett dalam cita-cita yang bervariasi, ada yang tentara, dokter, pemain sepak bola nasional, dll.
Sejarah tentang budaya lokal 
Pada penjabaran kali ini hal yang diungkapkan untuk menaikkan semangat nasionalisme anak-anak tengger adalah fakta-fakta menarik terkait budaya setempat, antara lain:
1.        Sejak ditanah air ini ada pemerintahan, kawasan Tengger Gunung Bromo, dianggap sebagai tanah suci dan dijadikan pusat peribadatan( sesuai dengan prasasti-prasasti yang ditemukan didesa wonokirti/penanjakan berangka tahun 851 saka/ 929 M dan berangka tahun 1327 saka/1407 M). Banyak raja majapahit yang berkunjung ke daerah tersebut. Bahkan, pendiri kerajaan Singosari Sri Rangga Rajasa Bathara Sang Amurwabumi( Ken Arok) berasal dari kawasan tengger.
2.        Pada saat perang antara Majapahit dengan kaum penjajah, kawasan tengger sering dijadikan basis/garis pertahanan terakhir dan tempat berlindung para pejuang Majapahit. Oleh karena itu sampai abad ke 7 orang – orang tengger selain merasa sebagai orang Majapahit, juga mengaku sebagai pengikut Suropati. Baru pada tahun 1720 M dan akhirnya pada tahun 1764 tokoh tengger berhasil terbunuh. Namun, anggota pasukan yang lain tidak mau menyerah dan bersembunyi, disebabkan hal inilah para peneliti mengatakan bahwa selamanya kawasan tengger  tidak pernah terjajah.
3.        Srategi penjajah dirubah, para pejuang dikawasan tengger ternyata masih ada, setiap diserang mereka tidak menyerang tetapi juga tidak menyerah, mereka bersembunyi. Setiap Belanda mengirimkan intelejen kekawasan tersebut, para intel menemukan mereka masih utuh. Akhirnya kompeni memakai strategi lain. Pasukan kompeni melakukan pengepungan  di bagian lereng atas dan tengah. Saat itulah terjadi pengisolasian yang sempurna, masyarakat tengger diembargo, bahkan berlaku status “bunuh setiap orang tengger yang turun”. Kejadian semacam ini berlangsung hingga abad ke 19(± 200 tahun) atau empat generasi. Faktor inilah yang menyebabkan regenerasi secara ideologis tidak terjadi, yang ada hanya regenerasi secara fisik(Gatot Hartoyo, tokoh suku tengger: 2011).
4.        Generasi ke 4 (tahun 1900), masyarakat tengger sudah tidak mengerti lagi apa itu PERJUANGAN. Belanda dengan enaknya berkebun disekitar pemukiman masyarakat tengger, sehingga masyarakat tengger sampai tahun 1970 praktis belum tersentuh program pembangunan pemerintah. Jadi kalau kita hitung, 252 tahun diliputi suasana perang yang mencekam, 136 tahun dijadikan sasaran tembak utama dan buron dari pihak belanda, 70 tahun hidup tanpa arah dan bimbingan dari siapapun. Namun, mereka masih memegang teguh ajaran leluhurnya, sehinggaa bayangan-bayangan majapahit masih kelihatan(benang merah tidak terputus total).
Pelajaran tersebutlah yang akhirnya membuat mereka tergugah untuk lebih semangat dalam belajar (tentunya setelah penulis menyampaikan dengan nada yang menggebu-gebu), membuat mereka mengerti makna sebuah perjuangan para leluhur mereka yang dapat mereka amati dari peninggalan sejarah yang belum tentu orang tua mereka ketahui dan memahami arti nasionalisme secara umum walaupun mereka tidak hafal angka tahu yang saya ceritakan.

MEMBANGUN NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN

Pembelajaran sejarah akan mengembangkan aktivitas peserta didik untuk melakukan telaah berbagai peristiwa, untuk kemudian dipahami dan diinternalisasikan kepada dirinya sehingga melahirkan contoh  untuk bersikap dan bertindak. Dari sekian peristiwa itu antara lain pula, ada pesan-pesan yang terkait dengan nilai nilai kepahlawanan seperti  keteladanan, rela berkorban, cinta tanah air, kebersamaan, kemerdekaan, kesetaraan, nasionalisme dan patriotisme (Kabul Budiyono: 2007).
             Di dalam pelajaran sejarah banyak pokok bahasan atau topik-topik yang mengandung nilai-nilai kesejarahan tersebut. Misalnya ketika sedang membahas periode  penjajahan, sangat tepat untuk mengaktualisasikan kembali nilai-nilai jati diri dan hak-hak individu atau hak-hak asasi manusia, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Bagaimana perlawanan yang dilancarkan oleh Sultan Agung, oleh Pangeran Diponegara, oleh Cut Nyak Dhien. Tokoh-tokoh ini berjuang tanpa pamrih demi kebebasan tanah tumpah darahnya, demi membela rakyat yang menderita akibat kekejaman kaum penjajah. Harta, jiwa dan raga dipertaruhkan demi tegaknya harga diri dan kedaulatan sebagai bangsa. Berbagai bentuk perjuangan ini  secara dikotomis dapat  diaktualisasikan dalam  nilai-nilai kemerdekaan.
            Pembahasan topik-topik yang berkenaan dengan periode pergerakan nasional, guru perlu menekankan nilai-nilai nasionalisme, persatuan dan kesatuan di antara pluralisme atau keanekaragaman, toleransi dan saling menghargai. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan. Kalau sudah demikian maka dengan didorongkan oleh keinginan luhur yakni cita-cita ingin merdeka, maka terwujudlah persatuan dan kebersamaan. Usaha untuk mewujudkan persatuan ini berhasil dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda yang menyatakan satu tanah air, satu bangsa: Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi simbol kebersamaan dalam keanekaragaman dan sekaligus memberikan semangat untuk menggalang persatuan demi terwujudnya cita-cita kemerdekaan. Sumpah Pemuda adalah wujud nyata dari silaturakhim nasional, “dan barang siapa yang mau menghidup-hidupkan silaturakhim maka akan dipanjangkan usianya dan diluaskan rezekinya.” Inilah konsep nasionalisme yang dibimbing oleh nilai-nilai moral, nilai-nilai keagaaman yang oleh Toynbee dikatakan sebagai nasionalisme yang dibimbing oleh nilai-nilai universal agama-agama atas (higher religions) (A. Syafii Maarif: 1989).  Nasionalisme yang tidak dibimbing oleh nilai-nilai moral keagamaan, dapat terjebak pada dua kecenderungan. Pertama, nasionalisme yang sekuler, ekstrim berlebihan yang dapat melahirkan chauvinisme. Bentuk nasionalisme inilah yang dikritik oleh Toynbee, karena telah menyebabkan berkobarnya  PD II yang menghancukan peradaban manusia. Kedua, nasionalisme yang lemah sehingga menjadikan pendukungnya tidak memiliki kebanggaan nasional dan jati diri bangsa.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada organisasi yang menyelenggarakan lomba essay ini. Ini merupakan kesempatan saya untuk dapat menyumbangkan ide dalam usaha menjawab solusi tentang hal-hal yang akan mungkin akan terjadi pada Indonesia 100 tahun yang akan datang, agar wajah bangsa ini bisa tetap tersenyum dengan bangga. Bagi saya, siapa yang akan menang atau kalah adalah tidak penting. Semua peserta yang ikut dalam lomba ini adalah pemenang. Perhatian, pemikiran dan kepedulian mereka tidak terhitung nilainya. Kehidupan yang lebih baik dan bersahabat yang terajut dalam persatuan bangsa merupakan agenda kita sebagai generasi penerus, yang peduli terhadap perkembangan bangsa ini kedepannya, kritikan dan celotehan kita merupakan bukti bahwa pemuda  sebagai fungsi kontrol masih tetap hidup ditengah carut marut masalah  kehidupan berbangsa dan bernegara disekitar kita.[end]

“Ada tiga hal yang tidak dapat ditarik kembali, yaitu:
Pertama, kata – kata yang telah diucapkan;
Kedua, waktu yang telah lewat;
Ketiga, kesempatan yang disia – siakan ;
Oleh karenanya yang utama bagi kita bukanlah memandang samar – samar ditempat jauh, tetapi berbuat jelas dihadapan kita.”

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution