Oleh M.
Ridwan arifin
(Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga)
Masalah pemerataan pendidikan dan
timbunan sampah, dua permasalahan yang hingga kini masih menjadi agenda penting
untuk di atasi dalam upaya pembangunan di Indonesia.Dilihat dari pencapaian
indikator pendidikan, pada tahun 2006
jumlah Anak Putus Sekolah mencapai sekitar 9,7 juta dan naik pada Tahun 2007
menjadi sekitar 20% atau 11,7 juta jiwa (SMP 48%, SD 23%, SMA 29%). (Indah,
2010)
“Delapan puluh
persen menyatakan karena kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk
beli pakaian seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan
mereka harus bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah,” tutur Wamendiknas di
Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Rabu (21/12). (republika.co.id, 2010)
Pemerataan pendidikan dilihat sebagai
hal yang krusial untuk dilaksanakan bagi negara berkembang khususnya Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan pembangunan suatu negara sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan manusia yang terwujud dalam bentuk pendidikan
di negara tersebut. Rendahnya tingkat pemerataan pendidikan di suatu negara
mengindikasikan rendahpula tingkat pembangunan di negara tersebut.Di Indonesia,
capaian alokasi 20 persen APBD untuk pendidikan belum menunjukkan hasil yang
dapat dibanggakan.Korupsi, biaya penyelenggaraan pendidikan mahal, dan cakupan
subsidi pendidikan yang rendah merupakan sederet alasan mengapa pemerataan
pendidikan di Indonesia masih sulit dicapai.Rendahnya cakupan sasaran pendidikan
tersebut dapat dilihat dari tingginya angka putus sekolah di kalangan anak, dan
lebih parah lagi fenomena ini pun terjadi di wilayah urban. Jika di wilayah urban
saja yang seharusnya memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) lebih tinggi
masih memiliki cakupan pendidikan belum sesuai harapan, lalu bagaimana dengan
masyarakat daerah rural?
Permasalahan di atas memerlukan
penanganan terintegrasi dari semua komponen meliputi masyarakat dan pemerintah.Telah
banyak upaya yang selama ini dilakukan oleh LSM, pemerintah, dan CSR perusahaan
yang berkolaborasi dalam mengatasi masalah tersebut namun kurang berjalan
optimal.Kesadaran dan bartisipasi masyarakat yang masih rendah menjadi unsur penghambat
di masyarakat sebagai sasaran program. Selama ini masyarakat hanya terkesan
sebagai obyek yang tidak tahu bagaimana mengelola keberlajutan program,
sehingga ketergantungan masyarakat terhadap peran pemerintah masih sangat
tinggi.
Hal diatas mendorong adanya suatu upaya
untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dalam hal pemerataan pendidikan melalui
upaya pemberdayaan masyarakat.Dalam konsep ini masyarakatdijadikan sebagai
subjek sasaran sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam menentukan nasibnya
sendiri. Salah satu potensi pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah
pemberdayaan dalam bidang ekonomi. Opsi ini dipilih karena permasalahan ekonomi
merupakan permasalahan dasar dari rendahnya jangkauan pendidikan di masyarakat.
Daur ulang sampah akhir-akhir ini merupakan
suatu usaha yang banyak dilirik oleh masyarakat. Pasalnya, selain murah, bahan
dasar dari usaha ini juga mudah didapat.Dalam hal ini sampah kertas kini
menjadi komoditas yang dapat diunggulkan dalam usaha daur ulang. Berikut adalah
estimasi data timbulan sampah di Indonesia :
Tabel
1. Estimasi Total Timbulan Sampah Seluruh Indonesia
Sumber : Statistik Persampahan
Domestik Indonesia Tahun 2008
Dari total timbulan
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia, jenis sampah yang paling
banyak dihasilkan adalah jenis sampah kertas, sebagaimana data berikut:
Tabel 2. Komposisi Sampah Domestik
di Indonesia
Sumber
: Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Sebagai barang yang
nilai fungsionalnya begitu tinggi, sampah kertas kini tidak hanya dihasilkan
oleh perkantoran, institusi pendidikan maupun badan usaha lain yang sering
banyak membutuhkan kertas, namun sampah kertas juga banyak dihasilkan dari
pemukiman masyarakat sebagai contoh kertas koran dan majalah sebagaimana data
berikut :
Tabel 3. Tipikal Komposisi Sampah
Pemukiman (% berat basah)
Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan
Sampah, Damanhuri, 2010.
Potensi
tersebut merupakan peluang yang bagus untuk digunakan sebagai sumber daya dari
pemberdayaan ekonomi di masyarakat.Metode yang dapat digunakan adalah pembuatan
organisasi di masyarakat yang secara mandiri mampu mengubah sampah menjadi
barang bermanfaat yang memiliki nilai ekonomis tinggi.Konsep yang diberi nama Paper Trash Bank ini merupakan suatu
organisasi sosial yang dikelola oleh organisasi mahasiswa atau LSM dengan
beranggotakan anak dan remaja usia sekolah yang mengalami hambatan finansial
dalam melanjutkan pendidikan. Organisasi ini bergerak dalam bidang penyelamatan
generasi bangsa yang putus sekolah karena hambatan finansial. Upaya yang
dilakukan dalam pelaksanaan tujuan ini adalah penggalangan dana dari masyarakat
untuk pembiayaan pendidikan anggota. Namun dalam penggalangan dana yang
dilakukan tidak dengan cara meminta dana segar dari para donatur. Organisasi
ini bekerja untuk mengelola sampah kertas yang ada di masyarakat untuk
selanjutnya dikumpulkan dan di daur ulang. Hasil dari usaha daur ulang inilah
yang akan digunakan sebagai dana untuk pembiayaan sekolah anggota.
Konsep
ini merupakan suatu gagasan yang diperoleh dari hasil analisis terhadap
tingginya timbulan sampah kertas di masyarakat Indonesia. Timbulan sampah
kertas yang paling menonjol terjadi pada sampah koran di masyarakat dan sampah
bekas keperluan administrasi di perkantoran swasta dan instansi pendidikan.
Meski pada beberapa situasi telah dimanfaatkan, namun masih banyak anggota
masyarakat yang tidak peduli terhadap pengelolaan sampah jenis ini. Sebagai
dampaknya, sampah kertas hanya dibuang begitu saja tanpa pengelolaan lebih
lanjut atau bahkan dibakar. Padahal jika dilihat dari potensinya sampah jenis
masih dapat dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna atau di daur ulang
menjadi kertas siap pakai meski dengan kualitas yang lebih rendah dari asalnya.
Organisasi ini selanjutnya akan berjalan dengan adanya donasi sampah kertas
baik yang berasal dari masyarakat maupun perusahaan dan institusi lain yang mau
bekerjasama.
Donasi
sampah kertas akan diambil oleh anggota setiap minggu. Sasaran utama donatur
dari masyarakat ini khususnya berasal dari warga yang tinggal di perumahan atau
setiap warga yang setiap hari berlangganan koran. Bagi perusahaan besar, donasi
sampah kertas akan diminta untuk diantarkan ke tempat Paper Trash Bank sebagai
bentuk CSR mereka. Melalui program Paper Trash Bank anggota akan mendapatkan
bantuan berupa perlengkapan sekolah dan bantuan pembiayaan lain yang dibutuhkan
selain yang telah diberikan pemerintah melalui BOS (biaya operasional sekolah).
Untuk menunjang keberlanjutan program, organisasi ini akan dimotori oleh
organisasi mahasiswa layaknya BEM maupun LSM. Adanya partisipasi dari unsur
mahasiswa maupun LSM akan membantu dalam manajemen organisasi dan jaringan
kerjasama.
Untuk awal pembentukan
organisasi, ranah kerja akan lebih difokuskan pada pengumpulan kertas yang akan
dijual kepada distributor maupun perusahaan daur ulang kertas. Seiring
berjalannya waktu dan stabilitas organisasi dapat terjaga, ranah kerja akan
diarahkan pada proses daur ulang secara mandiri oleh anggota dengan adanya
pelatihan keterampilan bagi anggota. Oleh karena itu selain dapat menunjang
keberlanjutan pendidikan para anggota, organisasi ini dibangun untuk memberikan
keterampilan tambahan bagi para anggota khususnya dalam bidang kewirausahaan.
Melihat dari potensi sumber daya
yang dibutuhkan, program ini akan lebih implementatif jika dilaksanakan di area
perkotaan mengingat konsumsi koran harian dan jumlah perusahaan besar tinggi di
di wilayah ini. Namun hal ini tidak berarti manfaat dari program ini hanya
dapat dirasakan oleh masyarakat di wilayah perkotaan. Adanya surplus pembiayaan dari implementasi
program di perkotaan dapat digunakan untuk memperluas wilayah jangkauan
penerima manfaat dari program ini melalui kerjasama dengan pihak terkait. Hal
ini berarti meski kegiatan terkonsentrasi di urban area namun manfaat program dapat dirasakan hingga di rural area. Berikut adalah salah satu
gambaran timbulan sampah di urban
area :
Tabel 4. Timbulan Sampah Kota Jakarta
Sumber : Diktat
Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Berikut adalah analisis ekonomi
dari pendirian organisasi Paper Trash Bank :
1. Asumsi daerah implemenasi berada di jakarta dengan total
timbulan sampah mencapai 6000 ton/hari (tabel 1).
2.
Asumsi
jumlah timbulan sampah kertas adalah 32,98 % dari total berat timbulan sampah
(tabel 3).
3.
Dari
kedua data diatas dapat dihitung timbulan sampah kertas di wilayah Jakarta
setiap hari adalah :
Jumlah sampah kertas = 32,98 % x 6000 ton = 1978,8
ton/perhari = 1.978.800 kg/hari.
4.
Jika
sampah tersebut hanya dikumpulkan dan dijual ke pengepul dengan harga sampah
kertas saat ini ( 700-1000,-/kg), maka uang hasil penjualan yang akan
didapatkan adalah :
Uang yang dihasilkan = 1.978.800 x (700-1000) =
1.385.160.000 – 1.978.800.000,-
Uang yang didapatkan berkisar antara Rp.
1.385.160.000/hari hingga Rp. 1.978.800.000/hari.
5.
Dari
data perhitungan nomor 4 dengan asumsi jumlah hari aktif di Indonesia adalah
300 hari/tahun, maka jumlah pendapatan yang bisa dihasilkan selama satu tahun
adalah :
Jumlah pendapatan selama 1 tahun : 300 x (1.385.160.000 –
1.978.800.000,-) = Rp. 415.548.000.000 – Rp. 593.640.000.000
6.
Dengan
data perhitungan nomor 5, jika diasumsikan kebutuhan pembiayaan pendidikan
setiap anak pertahun adalah Rp 3.000.000 maka jumlah anak putus sekolah yang
berada di Jakarta dan dapat diselamatkan melalui program ini adalah :
Jumlah anak terselamatkan =
= 138.516 – 197.880 anak/ tahun
Dari
analisis ekonomi tersebut dapat diketahui bahwa hanya dengan kemauan
mengumpulkan dan mendonasikan sampah kertasnya warga jakarta akan mampu
menyelamatkan 138.516 sampai 197.880 nasib anak bangsa yang mengalami putus
sekolah karena masalah ekonomi. Analisis diatas hanya merupakan suatu kajian
terhadap satu kota, apabila hal ini dijadikan sebagai aksi nasional maka besar
kemungkinan semua anak putus sekolah di Indonesia karena hambatan finansial
dapat diselamatkan hanya dengan mengelola sampah kertas.