Rabu, 15 Februari 2012

Sampah Kertas Untuk Pendidikan Indonesia


Oleh M. Ridwan arifin
(Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga)

Masalah pemerataan pendidikan dan timbunan sampah, dua permasalahan yang hingga kini masih menjadi agenda penting untuk di atasi dalam upaya pembangunan di Indonesia.Dilihat dari pencapaian indikator pendidikan, pada tahun 2006 jumlah Anak Putus Sekolah mencapai sekitar 9,7 juta dan naik pada Tahun 2007 menjadi sekitar 20% atau 11,7 juta jiwa (SMP 48%, SD 23%, SMA 29%). (Indah, 2010)
“Delapan puluh persen menyatakan karena kesulitan ekonomi baik yang tidak punya dana untuk beli pakaian seragam, buku, transport atau kesulitan ekonomi yang mengharuskan mereka harus bekerja sehingga tidak mungkin bersekolah,” tutur Wamendiknas di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Rabu (21/12). (republika.co.id, 2010)
Pemerataan pendidikan dilihat sebagai hal yang krusial untuk dilaksanakan bagi negara berkembang khususnya Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan pembangunan suatu negara sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan manusia yang terwujud dalam bentuk pendidikan di negara tersebut. Rendahnya tingkat pemerataan pendidikan di suatu negara mengindikasikan rendahpula tingkat pembangunan di negara tersebut.Di Indonesia, capaian alokasi 20 persen APBD untuk pendidikan belum menunjukkan hasil yang dapat dibanggakan.Korupsi, biaya penyelenggaraan pendidikan mahal, dan cakupan subsidi pendidikan yang rendah merupakan sederet alasan mengapa pemerataan pendidikan di Indonesia masih sulit dicapai.Rendahnya cakupan sasaran pendidikan tersebut dapat dilihat dari tingginya angka putus sekolah di kalangan anak, dan lebih parah lagi fenomena ini pun terjadi di wilayah urban. Jika di wilayah urban saja yang seharusnya memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) lebih tinggi masih memiliki cakupan pendidikan belum sesuai harapan, lalu bagaimana dengan masyarakat daerah rural?
Permasalahan di atas memerlukan penanganan terintegrasi dari semua komponen meliputi masyarakat dan pemerintah.Telah banyak upaya yang selama ini dilakukan oleh LSM, pemerintah, dan CSR perusahaan yang berkolaborasi dalam mengatasi masalah tersebut namun kurang berjalan optimal.Kesadaran dan bartisipasi masyarakat yang masih rendah menjadi unsur penghambat di masyarakat sebagai sasaran program. Selama ini masyarakat hanya terkesan sebagai obyek yang tidak tahu bagaimana mengelola keberlajutan program, sehingga ketergantungan masyarakat terhadap peran pemerintah masih sangat tinggi.
Hal diatas mendorong adanya suatu upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dalam hal pemerataan pendidikan melalui upaya pemberdayaan masyarakat.Dalam konsep ini masyarakatdijadikan sebagai subjek sasaran sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam menentukan nasibnya sendiri. Salah satu potensi pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah pemberdayaan dalam bidang ekonomi. Opsi ini dipilih karena permasalahan ekonomi merupakan permasalahan dasar dari rendahnya jangkauan pendidikan di masyarakat.
Daur ulang sampah akhir-akhir ini merupakan suatu usaha yang banyak dilirik oleh masyarakat. Pasalnya, selain murah, bahan dasar dari usaha ini juga mudah didapat.Dalam hal ini sampah kertas kini menjadi komoditas yang dapat diunggulkan dalam usaha daur ulang. Berikut adalah estimasi data timbulan sampah di Indonesia :
Tabel 1. Estimasi Total Timbulan Sampah Seluruh Indonesia
Sumber : Statistik Persampahan Domestik Indonesia Tahun 2008
Dari total timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia, jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah jenis sampah kertas, sebagaimana data berikut:
Tabel 2. Komposisi Sampah Domestik di Indonesia






Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Sebagai barang yang nilai fungsionalnya begitu tinggi, sampah kertas kini tidak hanya dihasilkan oleh perkantoran, institusi pendidikan maupun badan usaha lain yang sering banyak membutuhkan kertas, namun sampah kertas juga banyak dihasilkan dari pemukiman masyarakat sebagai contoh kertas koran dan majalah sebagaimana data berikut :

Tabel 3. Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% berat basah)
Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Potensi tersebut merupakan peluang yang bagus untuk digunakan sebagai sumber daya dari pemberdayaan ekonomi di masyarakat.Metode yang dapat digunakan adalah pembuatan organisasi di masyarakat yang secara mandiri mampu mengubah sampah menjadi barang bermanfaat yang memiliki nilai ekonomis tinggi.Konsep yang diberi nama Paper Trash Bank ini merupakan suatu organisasi sosial yang dikelola oleh organisasi mahasiswa atau LSM dengan beranggotakan anak dan remaja usia sekolah yang mengalami hambatan finansial dalam melanjutkan pendidikan. Organisasi ini bergerak dalam bidang penyelamatan generasi bangsa yang putus sekolah karena hambatan finansial. Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan tujuan ini adalah penggalangan dana dari masyarakat untuk pembiayaan pendidikan anggota. Namun dalam penggalangan dana yang dilakukan tidak dengan cara meminta dana segar dari para donatur. Organisasi ini bekerja untuk mengelola sampah kertas yang ada di masyarakat untuk selanjutnya dikumpulkan dan di daur ulang. Hasil dari usaha daur ulang inilah yang akan digunakan sebagai dana untuk pembiayaan sekolah anggota.
Konsep ini merupakan suatu gagasan yang diperoleh dari hasil analisis terhadap tingginya timbulan sampah kertas di masyarakat Indonesia. Timbulan sampah kertas yang paling menonjol terjadi pada sampah koran di masyarakat dan sampah bekas keperluan administrasi di perkantoran swasta dan instansi pendidikan. Meski pada beberapa situasi telah dimanfaatkan, namun masih banyak anggota masyarakat yang tidak peduli terhadap pengelolaan sampah jenis ini. Sebagai dampaknya, sampah kertas hanya dibuang begitu saja tanpa pengelolaan lebih lanjut atau bahkan dibakar. Padahal jika dilihat dari potensinya sampah jenis masih dapat dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna atau di daur ulang menjadi kertas siap pakai meski dengan kualitas yang lebih rendah dari asalnya. Organisasi ini selanjutnya akan berjalan dengan adanya donasi sampah kertas baik yang berasal dari masyarakat maupun perusahaan dan institusi lain yang mau bekerjasama.
Donasi sampah kertas akan diambil oleh anggota setiap minggu. Sasaran utama donatur dari masyarakat ini khususnya berasal dari warga yang tinggal di perumahan atau setiap warga yang setiap hari berlangganan koran. Bagi perusahaan besar, donasi sampah kertas akan diminta untuk diantarkan ke tempat Paper Trash Bank sebagai bentuk CSR mereka. Melalui program Paper Trash Bank anggota akan mendapatkan bantuan berupa perlengkapan sekolah dan bantuan pembiayaan lain yang dibutuhkan selain yang telah diberikan pemerintah melalui BOS (biaya operasional sekolah). Untuk menunjang keberlanjutan program, organisasi ini akan dimotori oleh organisasi mahasiswa layaknya BEM maupun LSM. Adanya partisipasi dari unsur mahasiswa maupun LSM akan membantu dalam manajemen organisasi dan jaringan kerjasama.
Untuk awal pembentukan organisasi, ranah kerja akan lebih difokuskan pada pengumpulan kertas yang akan dijual kepada distributor maupun perusahaan daur ulang kertas. Seiring berjalannya waktu dan stabilitas organisasi dapat terjaga, ranah kerja akan diarahkan pada proses daur ulang secara mandiri oleh anggota dengan adanya pelatihan keterampilan bagi anggota. Oleh karena itu selain dapat menunjang keberlanjutan pendidikan para anggota, organisasi ini dibangun untuk memberikan keterampilan tambahan bagi para anggota khususnya dalam bidang kewirausahaan.
            Melihat dari potensi sumber daya yang dibutuhkan, program ini akan lebih implementatif jika dilaksanakan di area perkotaan mengingat konsumsi koran harian dan jumlah perusahaan besar tinggi di di wilayah ini. Namun hal ini tidak berarti manfaat dari program ini hanya dapat dirasakan oleh masyarakat di wilayah perkotaan. Adanya surplus pembiayaan dari implementasi program di perkotaan dapat digunakan untuk memperluas wilayah jangkauan penerima manfaat dari program ini melalui kerjasama dengan pihak terkait. Hal ini berarti meski kegiatan terkonsentrasi di urban area namun manfaat program dapat dirasakan hingga di rural area. Berikut adalah salah satu gambaran timbulan sampah di urban area :
Tabel 4. Timbulan Sampah Kota Jakarta
Sumber : Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah, Damanhuri, 2010.
Berikut adalah analisis ekonomi dari pendirian organisasi Paper Trash Bank :
1.      Asumsi daerah implemenasi berada di jakarta dengan total timbulan sampah mencapai 6000 ton/hari (tabel 1).
2.      Asumsi jumlah timbulan sampah kertas adalah 32,98 % dari total berat timbulan sampah (tabel 3).
3.      Dari kedua data diatas dapat dihitung timbulan sampah kertas di wilayah Jakarta setiap hari adalah :
Jumlah sampah kertas = 32,98 % x 6000 ton = 1978,8 ton/perhari = 1.978.800 kg/hari.
4.      Jika sampah tersebut hanya dikumpulkan dan dijual ke pengepul dengan harga sampah kertas saat ini ( 700-1000,-/kg), maka uang hasil penjualan yang akan didapatkan adalah :
Uang yang dihasilkan = 1.978.800 x (700-1000) = 1.385.160.000 – 1.978.800.000,-
Uang yang didapatkan berkisar antara Rp. 1.385.160.000/hari hingga Rp. 1.978.800.000/hari.
5.      Dari data perhitungan nomor 4 dengan asumsi jumlah hari aktif di Indonesia adalah 300 hari/tahun, maka jumlah pendapatan yang bisa dihasilkan selama satu tahun adalah :
Jumlah pendapatan selama 1 tahun : 300 x (1.385.160.000 – 1.978.800.000,-) = Rp. 415.548.000.000 – Rp. 593.640.000.000
6.      Dengan data perhitungan nomor 5, jika diasumsikan kebutuhan pembiayaan pendidikan setiap anak pertahun adalah Rp 3.000.000 maka jumlah anak putus sekolah yang berada di Jakarta dan dapat diselamatkan melalui program ini adalah :
Jumlah anak terselamatkan =
= 138.516 – 197.880 anak/ tahun
Dari analisis ekonomi tersebut dapat diketahui bahwa hanya dengan kemauan mengumpulkan dan mendonasikan sampah kertasnya warga jakarta akan mampu menyelamatkan 138.516 sampai 197.880 nasib anak bangsa yang mengalami putus sekolah karena masalah ekonomi. Analisis diatas hanya merupakan suatu kajian terhadap satu kota, apabila hal ini dijadikan sebagai aksi nasional maka besar kemungkinan semua anak putus sekolah di Indonesia karena hambatan finansial dapat diselamatkan hanya dengan mengelola sampah kertas.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution